Tuesday, April 14, 2009

Kesuksesan

Sukses dengan Keyakinan dan doa
Ahdi Riyono, S.S., M.Hum


Bisnis masa depan selalu menjadi milik orang yang bisa melihat kemungkinan sebelum kemungkinan itu menjadi jelas bagi orang lain (Mario Teguh, 2005).



Kehidupan manusia mengenal kehidupan masa lalu, masa kini, dan masa depan. Kehidupan masa kini ditentukan oleh kehidupan masa lalu, dan kehidupan masa depan ditentukan oleh kehidupan masa kini. Ini artinya, apa yang kita alami dan jalani sekarang ini adalah dari hasil pikiran dan gambaran kita di masa lalu yang telah kita yakini akan terjadi di masa depan. Sebagai gambaran, sebelum terciptanya pesawat terbang yang dapat mengangkut manusia dari satu tempat ke tempat yang lain melalui udara bagai burung yang terbang, yang dapat menempuh jarak ratusan mil hanya dengan hitungan jam, tentu sudah ada dalam pikiran dan gambaran penciptanya sebelumnya. Cahaya kerlap-kerlip bintang di langit yang kita lihat sekarang ini adalah sebuah planet yang telah meledak miliaran tahun cahaya yang lalu.
Begitu juga, Bill Clinton sebelum ia menjadi presiden Amerika Serikat, ternyata dia sudah membayangkan dan mengikrarkan sebagai presiden tatkala masih duduk di bangku kuliah. Dan kepada teman-temanya, dia selalu mengatakan mana buku kalian saya tandatangani sebelum nanti kalian sulit menemui saya. Dalam tanda tangannya, dia juga senantiasa menulis Bill Clinton, the President of the United State of America. Akhirnya, mimpinya dapat terwujud dan menjadi presiden. Begitu juga, ayahanda Gus Dur, Kyai Hasim Asyari, senantiasa mengikrarkan Gus Dur kecil sebagai pemimpin di masa depan, dan selalu diulang-ulang setiap Gus Dur diajak untuk mengisi suatu acara. Dalam kaitan itu, Gus Dur pun menjadi presiden ke-3 Indonesia. Padahal, jika dilihat dari kalkulasi politik pada waktu itu, dan keadaan fisik, Amien Raislah yang berpeluang besar menduduki kursi kepresidenan. Sebaliknya, Amien Rais kecil oleh orang tunya tidak diharapkan jadi pemimpin bangsa, dan hanya diikrarkan menjadi pengganti orang tuanya, sebagai pendidik. Dan, kalimat itulah yang diucapkan berkali-kali oleh orang tuanya tatkala ditanyai tentang hal itu, maka yang terwujud adalah apa yang dipikirkannya. Kenyataannya, beliau hanya sebagai Guru Besar FISIPOL UGM. Ini adalah sedikit gambaran yang membuktikan bahwa kejadian sekarang ini adalah hasil dari pikiran dan kedasyatan kenyakinan masa lalu.
Doa sebagai bentuk pengharapan kepada Tuhan adalah suatu bentuk masa kini, dan gambaran kejadian masa depan. Oleh sebab itu, Tuhan senantiasa menyuruh setiap hamba-Nya untuk berdoa, dan Tuhan berjanji untuk mengabulkan setiap permintaan hambanya. Dan lagi, Tuhan sebagaimana sifat ketuhanannya pasti mengabulkan semua permintaan tadi. Hanya saja, kadang dalam berdoa dan berfikir masa depan, kita kurang spesifik dan tidak membanyangkan apa yang kita pikirkan terjadi. Bahkan kita sering berdoa, tetapi tidak mengerti apa yang sebetulnya kita minta. Sehingga wajar saja, doa kita tidak dikabulkan Allah karena kurang spesifik, pikiran kurang yakin, dan tidak berterimakasih doa kita telah dikabulkan.
Bagi Tuhan tidak dikenal masa lalu, masa kini, dan masa depan. Apa yang kita minta pada hakikatnya sudah dikabulkan oleh Tuhan. Yang menjadi pertanyaan kita adalah kenapa doa kita sering tidak terkabul? Padahal Tuhan sudah berjanji mengabulkan, dan tentunya, dia tidak mungkin melanggar janji-Nya. Coba kita renungkan apakah ketika kita berdoa sudah spesifik?, Apakah pikiran sadar kita justru menolak doa kita sendiri?
Doa sebagaimana pikiran kita, ia akan terwujud kalau kita membawanya ke dalam alam bawah sadar yang tidak mengenal bentuk negasi dan kata tidak mungkin. Bagi alam bawah sadar, semua hal adalah kemungkinan. Alam bawah sadar adalah pikiran tatkala memasuki kondisi gelombang theta. Pada waktu itu keheningan, kepasrahan, ketenangan, kedalaman, dan puncak kebahagiaan dirasakan. Oleh sebab itu, kalau kita berdoa kita bayangkan apa yang kita minta dengan gambaran yang spesifik, jelas, dan benar-benar sudah terjadi. Kemudian masukkan apa yang kita minta ke alam bawah sadar sampai tidak ada lagi kata-kata tidak mungkin.
Ketika masih awal penyebaran Islam, Nabi Muhammad SAW telah mengatakan sesuatu hal yang menyakinkan kepada ummat Islam yang pada waktu itu jumlahnya hanya beberapa puluh saja, dikejar-kejar dan diburu orang-orang Quraish untuk dibunuh agar menyakini bahwa mereka suatu saat akan dapat kemenangan. Beliau berkata “ wahai ummatku engkau akan menguasai kota Heraclius (baca: Konstantinopel atau Istambul Turki sekarang) dan Rum”. Beliau mengucapkannya dengan penuh keyakinan dan gambaran yang jelas tentang kemenangan itu. Dan beliau pun bersyukur kepada Allah yang telah memenangkan kaum muslimin. Padahal, kalau kita nalar (baca: reaksi alam bawah sadar) pasti akan menolak, dan mengatakan hal itu tidak mungkin terjadi.
Karena memang secara fakta, pada waktu itu keadaan kaum muslimin tidak mungkin dapat mengalahkan Negara Romawi Timur, yang pada waktu itu adalah negara super power, dan menguasai hampir seluruh wilayah Eropa timur dan sebagian Asia dan Afrika. Namun, dengan kekuatan kenyakinan dan doa, semua yang kelihatan mustakhil akhirnya dapat terwujud. Terbukti, setelah masa kekhilafaan Usmaniah dibawah kepemimpinan Sultan Muhammad Alfatih Ummat Islam dapat menaklukkan Kekaisaran Romawi, dan merebut kota Konstantinopel.
Kalau kita sedikit mau menengok kehidupan kita sehari-hari, pasti akan ada suatu peristiwa yang secara nalar mustahil terwujud, tapi pada kenyataannya, dapat terwujud. Coba renungkanlah sendiri!.
Sekali lagi, dalam berdoa harus be spesific, be optimistic, be sure, bahwa doa kita telah dikabulkan oleh Allah SWT. Dan diakhiri dengan mengucapkan terimakasih kepada Tuhan yang telah mengabulkan apa yang kita pikirkan dan kita yakini. Dengan demikian, dengan kenyakinan, dan doa kesuksesan dapat kita raih.
Untuk membantu kekhusukan Anda, coba berdoa pada waktu semua orang tertidur, yaitu sekitar pukul satu malam dimana pikiran manusia dalam keadaan gelombang Theta, yaitu gelombang otak, pada kisaran frekuensi 4-8 Hz, yang dihasilkan pikiran bawah sadar (subconscious mind). Awali dengan sholat malam dua rekaat dan berdoa. Amin.
Mulai hari ini coba berdoa dengan spesifik, jelas, dan gambarkan apa yang diminta disertai kenyakinan, akhirilah dengan berterimakasih. Kemudian, lihat keajaiban apa yang terjadi!!!!.

Thursday, April 9, 2009

Filsafat Jawa

SANGKAN PARANING DUMADI1
(PADANGAN ORANG JAWA TERHADAP HIDUP)
Ahdi Riyono, S.S., M.Hum2
(Pemerhati Budaya)


Dalam padangan Jawa sebagaimana tersurat dalam Serat Kridasastra Winardi karangan M.Ng. Mangunwijaya, manusia berasal dari hening atau (Tuhan). Menurut kepercayaan kejawen Dzat Tuhan (ndating Pangeran) itu meliputi alam semesta yang dipandang makro-kosmos (Jagad Gedhe) dan Manusia sebagai mikro-kosmos (Jagad Cilik).
Alam Semesta (Jagad Gedhe) diciptakan Tuhan terkait dengan hidup manusia. Agar hidup manusia selamat, ia harus bisa memahami alam semesta sebagai simbol kekuasaan Tuhan. Alam hidup manusia, oleh Tuhan diberikan arah (kiblat) agar orang Jawa tidak salah arah. Arah tersebut dinamakan keblat papat lima pancer, artinya empat penjuru dan satu di tengah. Kiblat alam ini diawali dari timur (wetan), artinya kawitan (mula). Arah timur adalah awal kiblat sebagai lambang saudara manusia yang disebut kawah. Selanjutnya menyusul selatan (kidul) sebagai lambang darah, barat (kulon) sebagai lambang tali pusar/plasenta, dan utara (lor), lambang adhi ari-ari.
Arah kiblat tersebut dalam hidup manusia senantiasa disatukan atau diseimbangkan. Jika tidak, diantara saudara manusia akan mengganggu hidupnya. Sebaliknya, kalau tercapai keseimbangan dalam berteman dengan empat saudara tadi, keempatnya mau membantu (ngewang-ewangi) pancer. Untuk itu, biasanya orang Jawa mengadakan upacara selamatan dengan sesaji khusus. Sesaji tersebut mencakup tiga hal (ubarampe), yaitu: (1) nasi tumpeng (berbetuk kerucut) lima buah, diletakkan pada tambir dalam posisi empat dan satu di tengah. Tumpeng yang ditengah dibuat paling tinggi atau besar sebagai pancer; (2) bunga setaman lima macam, yaitu mawar merah, melati puti, kenanga hijau, kanthil putih, ndan kanthil kuning. Bunga ini sebagai simbol empat saudara dan pancer; (3) pelita dengan minyak kelapa sebagai lambang hidup.
Manusia sebagai mikro-kosmos sebenarnya perwujudan Badan Kasar (badan wadhag. Badan Wadhag terbentuk dari campuran 4 anasir (unsur), yaitu: api (geni), bumi (tanah), angin, dan air (banyu), sekaligus di dalamnya terletak satu nafsu dengan empat perwujudan (patang perkara) berupa Amarah, Luwamah, Supiah dan Mutmainah.
Anasir Api (agni) berasal dari sinar matahari. Manusia tidak bisa hidup tanpa adanya matahari. Adapun nafsu yang terpancar dari anasir ini adalah nafsu amarah. Nafsu ini memiliki identifikasi warna merah. Perwujudannya dalam badan wadhag adalah darah yang memberi semangat gerak atau tenaga. Apabila nafsu amarah ini lepas tak terkendali secara berlebihan akan merefleksikan sifat-sifat mudah marah (Brangasan). Roh yang menjiwai anasir api adalah roh hewani, yaitu sejenis roh pelikan. Di samping itu dalam suluk sangkan paran disebutkan bahwa nafsu amarah ini kedudukannya di telinga. Itulah sebabnya orang dapat mendengar dan menurut kepercayaan orang Jawa dari telinga inilah sumber kemarahan (atau emosi).
Anasir Bumi (tanah) dalam diri manusia dipercaya berasal dari tanam-tanaman yang dimakan. Sedangkan Nafsu yang terpancar dari anasir ini adalah nafsu Luwamah yang diidentifikasikan berwarna hitam. Adapun fungsi makan berguna dalam pertumbuhan badan wadhag. Apabila nafsu luwamah ini dimanjakan menyebabkan orang suka makan banyak (berlebihan). Kemudian roh yang menjiwai anasir ini adalah roh nabati (sejenis roh tanaman). Dalam kitab suluk sangkan paran disebutkan bahwa nafsu luwamah ini wataknya bisa berbicara, maka kedudukannya di mulut.
Anasir angin berasal dari suasana udara. Manusia hidup tentunya bernafas dengan udara. Dari udara terpancar nafsu supiah yang berwarna kuning. Di dalam diri manusia (badan wadhag) nafsu ini berkedudukan di hidung, dengan perwujudan nafas, sehingga manusia dapat membau segala sesuatu yang sedap dan tidak. Nafas juga menyebabkan manusia memiliki nafsu birahi. Apabila nafsu ini tak terkendali manusia akan menjadi layaknya hewan dan tak akan ada batas kepuasan. Selanjutnya roh yang menjiwai anasir ini adalah roh hewani, sejenis roh binatang. Jika dalam Suluk sangkan paran nafsu supiah berkedudukan di mata, sebagai pancaindera penglihatan. Penglihatan juga dapat memicu nafsu birahi sebagai perwujudan nafsu supiyah.
Yang terakhir adalah anasir air (tirta atau toya) berasal dari semua air yang diminum manusia. Nafsu yang terpancar dari anasir air adalah nafsu mutmainnah warna putih. Perwujudannya dalam badan wadhag juga berupa air yang membentuk badan dan sisanya dikeluarkan dari badan. Pancaran watak dari air menyebabkan manusia mempunyai sifat tentram, tenang, dan suka berfikir serta suka mempelajari hal-hal yang gaib. Adapun yang menjiwai anasir air adalah roh insani, sejenis roh manusia.
Menurut kepercayaan Jawa, apabila janin sudah berusia 9 bulan 10 hari, maka bayi sudah memiliki unsur-unsur tersebut yang pada masing-masing individu dosisnya tentu tidak sama. Inilah yang menyebabkan perbedaan-perbedaan kemampuan pikir, akal, awtak, keinginan-keinginan dan aktivitasnya. Namun, perbedaan itu dapat berubah dengan usaha-usaha tertentu dari orang yang bersangkutan. Misalnya jika anasir merah dan kuning yang dominan maka orang tersebut ada bakat mudah marah dan suka melampiaskan hawa nafsu berlebihan. Tapi jika yang bersangkutan sadar dan insaf kemudian berlaku prihatin dan sering berpuasa maka suasana batinnya dapat mencapai harmoni. Hasilnya rasa tentram dalam hidup. Sebaliknya sekalipun anasir putih (lambang kesucian) yang dominan dan memiliki potensi mengandalikan diri , namun apabila orang ini tidak tahan uji dengan berlaku berangsan atau melampiaskan hawa nafsu dan angkara murka yang berlebihan, maka potensi orang ini dapat tersesat batinya. Akibatnya dia akan mengalami ketidaktenagan hidup atau penderitaan.
Perwatakan dan nasib manusia juga dipengaruhi unsur-unsur kosmos yang tercermin pada waktu seorang manusia dilahirkan ke dunia fana ini. Dalam hal ini mencakup 7 hari, pasaran, bulan dan tahun. Selain itu juga perlu memperhatikan arah angin yang berkaitan dengan hari pasaran, simbol logam, hewan dan dewanya. Semua ini dipakai sebagai dasar perhitungan (petungan, jawa) untuk meramalkan keberuntungan, menentukan perwatakan, menentukan jenis kerja yang cocok, jodoh, dan waktu pernikahan, arah tempat kerja yang menguntungkan, hari-hari baik untuk berpergian, pindah rumah, dan mendirikan rumah dan sebagainya.
Apabila unsur-unsur tadi disimpulkan maka akan menjadi sebagai berikut:
Arah angin
Bathara (dewa)
warna
pasaran
logam
Hewan
Timur
Kamajaya
Putih
legi
perak
Srigunting
Barat
Bayu
Kuning
Pon
Emas
Sapi Gumarang
Tengah
Guru
campuran
kliwon
campuran
kutilapas
Selatan
Brama
merah
paing
suwasa
asu ajag
Utara
Wisnu
hitam
wage
besi
celeng

Dari gambaran di atas dapat disimpulkan bahwa dalam alam pikir orang Jawa, terdapat pemikiran adanya saling keterikatan yang teratur dan harmonis antara alam semesta, segala sesuatu di dunia termasuk manusia dan kehidupan manusia memiliki hubungan-hubungan dekat terikat dengan semua hal di sekitarnya, baik hidup maupun yang mati, dengan keseluruhan kosmos.
Dengan demikian kondisi tentram dan selamat adalah kondisi yang didambakan seluruh masyarakat dalam kehidupan individu maupun bermasyarakat.