Peningkatan Kualitas
Guru Bahasa Inggris pada LPTK
Ahdi Riyono
Dosen Universitas Muria Kudus
Pendidikan tinggi
di Indonesia akhir-akhir ini mendapatkan sorotan dan perhatian khusus dari
berbagai pihak, terutama pemerintah. Mulai dari ketidakberdayaan lulusan dalam
menghadapi pasar tenaga kerja global hingga masalah kontribusi ilmuan Indonesia
yang kurang diakui di dunia Internasional karena sangat minim hasil penelitian
ilmuan Indonesia yang dapat dimuat di jurnal internasional. Permasalahan tersebut seharusnya menjadi
perhatian utama dalam perbaikan mutu pendidikan tinggi.
Perbaikan harus
segera dilakukan mulai dari kriteria penerimaan mahasiswa baru, proses belajar
mengajar, lulusan yang berwawasan global, serta manajemen mutu internal. Yang
tak kalah penting untuk disorot adalah peningkatan kualitas dosen. Salah satu
permasalahan perguruan tinggi di Indonesia pada umumnya dan di perguruan tinggi
swasta pada khususnya adalah sumber daya dosen. Sebagaimana yang pernah ditulis
oleh Hendra Gunawan Guru besar ITB di Kompas (1/7/2013) dan Kompas
(19/08/2013).
Gunawan menyodorkan solusi perbaikan mutu
dosen dengan (1) perbaikan perekrutan dan sistem promosi berbasis merit; (2)
sistem peer review; (3) mobilitas
dosen; (4) kompetisi yang sehat di antara perguruan tinggi; (5) otonomi dan
kebebasan akademik; (6) sinergi pengajaran dan penelitian; (7) pendanaan; serta
(8) keberadaan filantropis.
Liek Wilardjo, Guru
Besar Fisika UKSW, dalam artikelnya di Kompas Sabtu, 24 Agustus 2013 ‘Mutu
Dosen’ juga mengingatkan masalah penelitian dosen, Ia mencontohkan bahwa di
universitas-universitas Amerika darma penelitian menjadi darma pertama, baru
disusul darma pendidikan. Ini bukan bearti darma pendidikan kurang penting,
tetapi darma pendidikan harus ditunjang dengan hasil-hasil penelitian. Di
samping itu Liek Wilardjo menambahkan masalah lain dari dosen di Indonesia
adalah inbreeding.
Dari
permasalahan di atas, perlu adanya tindakan perbaikan menyeluruh (Total
Quality Improvement) yang dilakukan secara bertahap terhadap perguruan
tinggi. Perbaikan dimulai dari internal
perguruan tinggi sendiri, khususnya program studi. Program studi merupakan
tulang punggung dari sebuah universitas. Apabila mayoritas kualitas program
studi di bawah standar mutu nasional, dapat dipastikan perguruan tinggi itu
bermutu rendah dan tentu akan menghasilkan lulusan yang tidak dapat bersaing di
pasar kerja atau di dunia wirausaha.
Perguruan tinggi
yang menghasilkan calon pendidik atau LPTK harus terus menerus ditingkatkan
kualitasnya. Guru yang berkualitas merupakan salah satu syarat reformasi
pendidikan di Indonesia. Berkaca dari apa yang telah dilakukan negara Finlandia
dalam membenahi kualitas pendidikannya.
Finlandia melakukan
reformasi pendidikan yang cukup radikal (Tilaar, 2013). Antara lain; (1) mereka mengadakan transformasi pendidikan
gurunya dengan mengubah program pendidikan guru secara radikal; (2) mereka mengubah kurikulumnya berlawanan
dengan kurikulum yang menekankan pada fakta dan ujian yang ternyata hanya
menambah beban peserta-didik; (3) pada tingkat sekolah menengah ditekankan pada
pengembangan karya dan pendidikan teknis; (4) menekankan pada belajar secara
bebas. Peserta didik diberi kebebasan memilih program studinya nanti di
universitas.; (5) mereka menerapkan inovasi-inovasi dalam mengajar dan
pelajaran pada setiap tingkat pendidikan.
Daya serap
alumni di dunia kerja dan usaha sangat penting bagi Perguruan Tinggi, terlebih
bagi program studi dalam menghadapi akreditasi. Standar akreditasi adalah tolak
ukur yang harus dipenuhi oleh program studi sarjana. Standar akreditasi terdiri
atas beberapa parameter (indikator kunci)
yang dapat digunakan sebagai dasar (1)
penyajian data dan informasi mengenai kinerja, keadaan dan perangkat
kependidikan program studi sarjana, yang dutuangkan dalam instrumen akreditasi;
(2) evaluasi dan penilaian mutu kinerja, keadaan dan perangkat kependidikan
program studi sarjana pendidikan Bahasa Inggris, (3) penetapan kelayakan
program studi sarjana pendidikan Bahasa Inggris
untuk menyelenggarakan program-programnya; (4) perumusan rekomendasi
perbaikan dan pembinaan mutu program studi
sarjana Pendidikan Bahasa Inggris (BAN-PT, 2008: 6). Program studi
Bahasa Inggris harus mengelola lulusan sebagai produk dan mitra perbaikan
berkelanjutan program studi tersebut. Program studi juga harus berpartisipasi
aktif dalam pemberdayaan dan pendayagunaan alumni.
Dengan
demikian, keberadaan daya serap lulusan program studi Pendidikan Bahasa Inggris
sangat dibutuhkan bagi setiap LPTK swasta. Untuk itu penting dilakukan
pelacakan atau penelitian daya serap lulusan di lapangan kerja. Lulusan adalah
status yang dicapai mahasiswa setelah menyelesaikan proses pendidikan sesuai
dengan persyaratan kelulusan yang ditetapkan program studi sarjana. Sebagai
salah satu keluaran langsung dari proses pendidikan yang dilakukan program
studi sarjana, lulusan yang bermutu memiliki ciri penguasaan kompetensi akademik
termasuk hard skills dan soft skills dibuktikan dengan kinerja
lulusan di masyarakat sesuai dengan profesi dan bidang ilmu.
Kompetensi hard skill yang mumpuni, artinya
memiliki ketrampilan bahasa Inggris yang native
like (mirip penutur jati), memiliki pengetahuan budaya berbasis multikultural yang luas,
berkepribadian Indonesia, miliki ketrampilan pedagogik yang mumpuni, ditunjang
dengan kemampuan mendesain pembelajaran berbasis IT (Information Technology). Sedangkan dalam soft skill, lulusan mampu
membangkitkan kreatifitas yang akan melahirkan entrepreneur yang sangat dibutuhkan oleh suatu bangsa untuk maju
(Tilaar, 2013), mampu berkomunikasi dan
berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Kinerja lulusan yang baik akan berdampak pada pelayanan
yang diberikan kepada masyarakat secara berkualitas. Pelayanan adalah: (1)
perihal atau acara melayani; (2) usaha melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh jasa (KBBI, 2005: 646).
Untuk menunjang lulusan yang berkualitas tersebut,
program studi harus menyusun langkah-langkah strategis pengembangan. Antara
lain dengan melakukan analisis SWOT program studi. Dengan analisis model ini
didentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang dihadapi program
studi.
Kelebihan misalnya,
fasilitas PBM, staf akademik, sarana dan prasarana yang tersedia, dan
kurikulum, sehingga memiliki potensi untuk berkembang menjadi pusat studi guru
Bahasa Inggris yang memadai. Sedangkan contoh kelemahan meliputi belum
terselenggaranya pengelolaan administrasi secara mandiri karena keterbatasan
staf administrasi, belum terciptanya suasana akademik yang diharapkan, masih
lemahnya sistem pembinaan dan pengawasan staf oleh pimpinan program studi
terutama terhadap pelaksanaan PBM, belum berjalannya PBM secara berkualitas,
kurangnya fasilitas bahan pustaka yang mendukung PBM, tingginya beban kerja
dosen, minimnya sumber pendanaan program studi, belum tercipta budaya ilmiah
yang ditandai penelitian, dan penulisan karya ilmiah dosen, aktivitas menulis
buku ajar dan panduan praktikum dan lain-lain, kurangnya aktivitas praktik
mahasiswa, minimnya media pembelajaran, rendahnya produksi materi ajar berbasis
penelitian, sistem jaminan mutu, tata pamong, dan pengelolaan program.
Setelah analisis
swot dilakukan perbaikan kultur
organisasi dengan prinsip kaizen, yakni perbaikan terus-menerus, sedikit demi sedikit (step by step improvement). Kultur organisasi LPTK dari top-down
menjadi bottom up atau disebut dengan institusi hirakis segitiga terbalik.
Pemimpin memberi dukungan dan wewenang kepada para staf dan mahasiswa. bukan mengontrol mereka. Perubahan paradigma dengan model
segitiga terbalik yang diadopsi dari Karl Albretcht menekankan pada pola yang
berorientasi pada pemberian layanan dan pentingnya pelanggan bagi institusi.
No comments:
Post a Comment