Saturday, November 3, 2012

Bahasa



Belajar Cinta Tanah Air
dari Lagu Kebangsaan “ Indonesia Raya”


Surutnya rasa nasionalisme di kalangan generasi muda saat ini telah menjadi sebuah wacana yang perlu dipertanyakan dan dikaji apa yang melatarbelakanginya. Lalu, apa yang dapat dijadikan sarana untuk mengambalikan semangat tersebut.
 Nasionalisme merupakan paham yang menciptakan dan mempertahankan sebuah negara dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia.
Pengertian nasionalisme oleh Geger Riyanto diistilahkan sebagai kebangsaan, dirumuskan sebagai sebuah endapan sejarah kesamaan nasib sekelompok orang dan visi masa depan yang mereka impikan bersama.
Rasa kebangsaan atau nasionalisme timbul di tengah masyarakat ketika naluri mempertahankan diri sangat berperan dan mendorong mereka untuk mempertahankan negerinya sebagai tempat hidup dan menggantungkan diri. Pada saat suatu masyarakat dijajah dan dikuasai oleh kelompok lain, maka rasa kebangsaan itu dapat timbul. Penderitaan, ketidakadilan, ketidakbebasan memunculkan rasa kebersamaan dan pada akhirnya melahirkan keinginan yang besar untuk bebas, melahirkan tekad yang kuat untuk memiliki kekuatan politik sendiri.
Kala perjuangan meraih kekuatan politik dan terlepas dari cengkraman kelompok lain sudah diraih, maka rasa kebangsaan atau nasionalisme kian lama kian memudar dan dilupakan  seiring dengan perkembangan zaman dan pergantian generasi. Lupa adalah gerakan tidak sadar. Leo Tolstoy dalam Diary (1897) dikutip Saifur Rohman (2009) menulis, jika kehidupan berlalu tanpa disadari, kehidupan itu tidak pernah terjadi. Secara psikologis, lupa adalah peristiwa yang menyusup arus kesadaran sehingga ada diluar kendali. Edmuns Husserl melihat, saat peristiwa lupa berlalu, kesadaran melakukan refleksi.
Wajar manakala Ben Anderson merumuskan entitas kebangsaan sebagai komunitas yang dibayangkan “imagined community” karena entitas itu harus senantiasa dipupuk agar bayangan itu tetap ada.
Agar terhindar dari menipis dan menghilangnya rasa nasionalisme, yang   lumrah disebabkan faktor lupa,  harus ada metode yang dapat dipakai terus menerus untuk mengingatkan bangsa ini setiap saat. Bagi seorang seniman, lagu adalah cara paling tepat dijadikan alat pengingat (reminder).
Dalam proses melawan lupa setidaknya ada dalam syair lagu WR Soepratman “ Indonesia Raya’. Berdasarkan analisis semantik dan semiotik bahwa lagu itu memberikan wasiat tentang mekanisme melawan lupa syair-syairnya berisi tentang bagaimana bangsa ini memimpikan Indonesia.
  Lagu Indonesia ini sebetulnya ada tiga stanza. Dan masing-masing memiliki tekanan dan nilai-nilai patriotik yang harus senantiasa diingat oleh anak bangsa. Pada stantza pertama “ Indonesia tanah air ku, tanah tumpah darahku’. Syair ini mengingatkan asal usul kita sebagai bangsa. Dan, kita diajak untuk menjadikan persatuan sebagai tali pengikatnya, “marilah kita berseru Indonesia bersatu”. Karena kita punya pengalaman ratusan tahun,  rasa kedaerahan dan tidak adanya persatuan justru terus membuat penjajah berkuasa selama 350 tahun. Dengan persatuan kita dapat mengatasi masalah bangsa, termasuk penjajahan, dalam hal ini kita artikan secara luas.
Kerangka berpikir ‘bersatu’ lalu dikuatkan dengan “hiduplah bangsaku, hiduplah negeriku”. Secara semantik maknanya agar kita menjaga bangsa ini agar tetap hidup dalam bingkai kesatuan, dan secara semiotik ini adalah tanda yang dipakai sebagai sebuah ajakan agar senantiasa kita selalu menjaga kehidupan bangsa dengan sebaik-baiknya untuk menyongsong masa depan. Lalu soepratman menyerukan “bangunlah jiwanya bangunlah badannya untuk Indonesia Raya”. Indonesia ini di hidupkan dengan sebuah kesadaran bahwa hidup bangsa ini harus dibangun berdasarkan aspek spiritualitas (kesadaran bahwa bangsa ini hidup adalah  anugerah Allah)  atau dalam bahasa agamanya, “idrak silabillah”  dan material, dalam bahasa Jawa dikenal dengan “wadak” (jasad). Maksudnya jasad ini akan tetap hidup ( tanah dan air), manakala persatuan dan kesatuan tetap eksis.
Ketika ucapan ‘merdeka’ dilantangkan, sebetulnya soepratman mengajak kita agar negeri ini dibebaskan dari semua bentuk penjajahan baik oleh bangsa asing maupun bangsa sendiri, bebas dari ketertindasan dan ketidakadilan dalam bidang ekonomi, politik, dan sosial budaya. “ Indonesia raya medeka! Merdeka! Tanahku, negeriku yang kucinta”.
Pada stanza kedua, Soepratman mengingatkan “Marilah kita mendoa, Indonesia bahagia”. Ini artinya bahwa kebahagian adalah sebuah tujuan yang hendak kita cita-citakan bersama, namun cita-cita ini harus tidak lepas dari Tuhan. Dalam membangun bangsa dan negara Indonesia, kita tidak boleh sekuler dengan melupakan Tuhan. Karena saat kita lupa Tuhan, maka bukan kebahagiaan yang didapat justru malah kesengsaraan.
Secara tidak langsung, Soepratman juga mengajak kita agar selalu mensyukuri nikmat kemerdekaan ini dengan cara menjadikan spiritulitas sebagai bagian dari bangsa ini. Para pemimpin jangan sekali-kali menjauhkan bangsa ini dari Tuhannya. Dengan berdoa, tanah dan jiwa bangsa ini akan disuburkan, hati para pemimpim dan rakyatnya akan disadarkan bahwa pengabdian kita kepada Tuhan kita peruntukkan untuk “Indonesia Raya”. “Suburlah tanahnya, Suburlah jiwanya, Bangsanya, Rakyatnya, semuanya, Sadarlah hatinya, Sadarlah budinya, Untuk Indonesia Raya”.
Kemudian, pada stanza ketiga ada harapan bangsa ini dapat mencapai kejayaannya. Dengan cara, tidak menjual harga diri bangsa ini  dengan apa-apa yang berharga bagi bangsa ini, rakyat, dan wilayahnya, Soepratman mengingatkan”S'lamatlah rakyatnya, S'lamatlah putranya, Pulaunya, lautnya, semuanya”. Artinya, kita menyosong kemajuan bangsa dengan cara meningkatkan harkat dan martabat rakyat dengan pendidikan yang menyadarkan (mencerahkan) hati dan budinya,  serta  mengelola sumber daya alam ini dari, oleh dan untuk rakyat, sehingga kita akan akan maju bersama, dengan suara keras meneriakkan  “ Majulah negerinya, Majulah Pandunya, untuk Indonesia Raya”
Pengulangan terus menerus dan aneka simbol yang diciptakan untuk entitas Indonesia adalah upaya untuk melawan lupa. Dan secara psikologis, saat lagu ini dinyanyikan terus menerus, akan masuk ke alam bawah sadar bangsa ini, dan akhirnya akan menjadikan perilaku bangsa. Bangsa ini bangsa yang besar, sudah sepantasnya selalu ingat asal usul dan tujuannya.
            Indonesia sudah diproklamasikan sejak 1945, sangat ironis manakala perilaku bangsa ini melupakan Indonesia Raya. Maka, kita patut mempertanyakan kesadaran kita sebagai bangsa. Oleh karena itu, mari mulai hari ini, tata kembali kehidupan bangsa ini sebagaimana yang termaktub dalam lagu kebangsaan kita, yaitu, bersatu, bahagia, dan maju bersama. Amin.  

Ahdi Riyono

No comments: